SEJAUH
KUMELANGKAH

Biografi

DIRECTOR/PRODUCER: Ucu Agustin

Sineas autodidak Ucu Agustin lahir di Sukabumi, pernah menjadi wartawan, ia penulis, dan kini membagi waktunya antara Washington D.C dan Jakarta, Indonesia. Selama lebih dari sepuluh tahun Ucu konsisten membuat film-film dokumenter tentang perempuan dan demokrasi di Indonesia. Film-film yang dibuatnya, kerap mengungkap sistem ketidakadilan yang memarjinalkan kelompok paling rentan di masyarakat serta upaya mereka memperjuangkan hak dan penghidupannya, seperti: kisah para korban malpraktik dalam filmnya Konspirasi Hening/Conspiracy of Silence (2010), perempuan yang karena desakan kemiskinan terseret dalam prostitusi dalam Ragat’e Anak/Kompilasi AT STAKE (2008), dan jurnalis yang memperjuangkan hak berserikat dan membuat berita yang sesuai dengan hati nurani alih-alih membikin berita tentang kepentingan politik pemilik media dalam dokumenter Di Balik Frekuensi/Behind The Frequency (2013). Ucu telah membuat belasan film pendek dan dua film panjang. Film-filmnya telah diputar di Berlinale Film Festival, International Documentary Festival Amsterdam (IDFA), Terres des Femmes, Vesoul Film Festival, Cinema Novo dan banyak festival film internasional lainnya di seluruh dunia.

How Far I’ll Go/Sejauh Kumelangkah adalah karya terbaru Ucu yang memenangkan kompetisi IF/Then Shorts Pitch South East Asia yang diselenggarakan oleh Tribeca Film Institute dan In-Docs. Film ini pada Desember 2019, memenangkan Piala Citra Kategori Dokumenter Pendek Pada FFI 2019

AWARDS AND GRANTS

  • Winner: Piala Citra / Indonesia National Citra Award 2019 – Short documentary category, Indonesian Film Festival , December 8th 2019. For How Far I’ll Go.
  • Winner: Tribeca Film Institute’s IF/Then Shorts Southeast Asia Pitch Competition at Docs By The SEA (Southeast Asia) 2018, for How Far I’ll Go.
  • Winner: Best Documentary – Media Choice Award, at XXI Film Festival 2014, for Farewell My School.
  • IDFA Kid Doc Grant (2013) for the production of Kid Documentary Farewell My School.
  • Special Jury Mention: Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta, 2013, for Behind The Frequency.
  • Winner: Best Film – Denpasar Film Festival 2013, for ‘Ragate Anak’
  • Ciptamedia Bersama Grant Recipient, provided by Ford Foundation in collaboration with Wikimedia Indonesia and The Alliance of Independent Journalists Indonesia, 2011, for Behind The Frequency project.
  • Jakarta Foreign Correspondent Club Production Grant Recipient 2010, for Conspiracy of Silence.
  • Winner: Best Documentary – Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta 2009, for At Stake, a compilation of four shorts documentary (including Ragate Anak, Ucu directed this part)
  • Winner: Script Development Competition – Jakarta International Film Festival 2005, for documentary project Death in Jakarta.

CO-PRODUCER, ANIMATOR: Juan Mayo

Ketertarikan Juan terhadap obyek-obyek visual membuatnya mulai memproduksi video musik dan film-film pendek, sejak dari masa kuliah. Tahun 2014, Juan memilih untuk lebih fokus mengerjakan animasi, di mana sampai sekarang, di antaranya dia telah berkolaborasi dengan beberapa artis dari Hitrecord—komunitas artis berbasis di Los Angeles, California, serta seniman Indonesia. Karya-karyanya telah disiarkan di Pivot TV dan berbagai film festival di Indonesia.

EDITOR: Darwin Nugraha

Darwin adalah pembuat film dan juga editor yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Pada tahun 2009 filmnya “Ayam Mati di Lumbung Padi / Dead Chicken in A Rice Barn” meraih piala Citra pada Festival Film Indonesia. Darwin telah mengedit banyak banyak film, dokumenter dan fiksi. Karyanya meraih banyak penghargaan dan telah diputar di berbagai art house cinema dan festival film international seperti Busan International Film Festival, Vision Du Reel, Asian current Yamagata international Documentary Film Festival dan festival lainnya di seluruh dunia.

CAMERA PERSON: Ucu Agustin

Sebagai sutradara dan periset serta penulis untuk semua film dokumenter yang dikerjakannya, Ucu biasanya hanya mengerjakan pengambilan gambar untuk proses pra-produksi karyanya. Baru pada tahun 2018 Ucu mengoperasikan kamera dan mengambil peran sebagai camera woman untuk produksi filmnya: ‘Sejauh Kumelangkah /How Far I’ll Go’, terutama untuk produksi di USA.

CAMERA PERSON: Dian Raisha

Dian Raisha adalah sinematografer Indonesia yang telah bekerja untuk banyak proyek komersial, fiksi, dan belakangan, dokumenter. Karya dokumenter pendeknya sebagai sinematografer ‘Chocholate Comedy” diputar di International Documentary Film Festival of Amsterdam pada tahun 2013.

ABOUT IF/THEN SHORTS:

IF/Then Shorts is a new fund and distribution initiative developed by Tribeca Film Institute (TFI) with seed funding from the John D. and Catherine T. MacArthur Foundation to stimulate character-driven, short documentary storytelling from a cross-section of communities. Its goal is to discover and empower more inclusive voices in short film storytelling and to foster multi-platform distribution and financial sustainability in a global and increasingly complex marketplace. Selected through regional pitch competitions, each IF/Then winner receives completion funding for their short documentary and participates in IF/Then’s aspirational model of multi-platform distribution and monetization. In so doing, IF/Then builds filmmakers’ capacity and leverage for retaining creative agency, copyright control, and revenue potential.

FESTIVAL SCREENINGS TO DATE:

Launching / Film Premiere : Indonesia Forum Film New York 2019, September 6, 2019.
DMZ International Documentary Film Festival, South Korea, September 20-27, 2019.
Jogja NETPAC Asian Film Fesrival (JAFF), November 19-23, 2019 (Indonesian Premiere).
Winner Piala Citra / Indonesian National Citra Award for short documentary category at Festifal Film Indonesia 2019. December 8, 2019